Chapter 8 - Makan Siang
“A-ada apa dengan mereka...”
Maegashira bergumam selagi melihat ke pintu arah cewek-cewek itu keluar.
Biasanya tak pernah sampai seperti ini. Tak pernah ada pertarungan yang menghebohkan seperti yang terjadi sekarang ini, di mana mereka saling mengalahkan, menendang, dan mengejek yang lain, mengatakan kau tak pernah sampai ke sana.
Padahal pelajaran kelas belum berakhir lho.
Kulihat podium, Tanaka-sensei, guru mata pelajaran saat ini, terheran-heran dibuatnya.
Bagaimana sekarang...
Tak lama, sensei pun sadar, berdiri, membungkuk, dan menyatakan akhir pelajaran.
Aku pun berdiri kemudian.
“Baiklah kalau begitu, aku juga akan pergi.”
“Un, aku tidak tahu ada apa dengan mereka, tapi sungguh, berhati-hatilah ...”
Maegashira melihat ke pintu sambil mengatakan itu.
Ia mungkin khawatir soal perilaku aneh cewek-cewek tadi.
Aku juga penasaran ....
Di saat aku akan melangkah ke pintu untuk keluar membeli sesuatu, aku melihat pemandangan yang berbeda dari yang kulihat sebelumnya: seorang wanita compang-camping di ambang pintu masuk.
Wajahnya tersembunyi oleh rambutnya yang panjang dan acak-acakan. Matanya yang terlihat melalui celah di rambutnya, bersinar membara dengan cahaya yang tidak biasa.
Hampir saja ku menjerit saat melihat itu, tapi kepalaku mendingin begitu mendengar bunyi gedebuk suara Maegashira jatuh dari kursi.
Dia pingsan, jadi aku mengguncang tubuhnya dan entah bagaimana ia sadar kembali. Sementara itu, wanita tadi masuk ke kelas dan mendekati kami. Tenang, dia adalah teman sekelas kami, "Minori Saegusa". Dia bukanlah makhluk yang tiba-tiba keluar dari layar TV¹. Tapi aku tidak tahu kenapa dia jadi compang-camping begini. Padahal, biasanya cantik, lugu, rapi dan bersih dengan rambut hitam panjang. Tapi yang kulihat ini malah terlihat sangat mengerikan.
“A, apa yang terjadi ....?”
Bahkan Maegashira, yang sudah sadar kembali, bertanya singkat tentang apa yang terjadi.
“... Fuhh.”
Aku bisa mendengar suara kelelahan dari Saegusa-san yang mendekat.
“Aku membeli roti.... dan ak-aku yang pertama, jadi maukah, maukah kamu makan . . . makan... makan bersamaku?”
Napasnya tersenggal-senggal saat ia mengatakan itu.
Sepertinya, mereka mendengar percakapan kami tadi ........
Alih-alih aku tidak jadi pergi membeli, mereka membeli sepotong roti dan mencoba mengajakku untuk makan siang bersama salah satu dari mereka....
Dia pasti telah melalui pertarungan sengit, rambut hitamnya yang biasanya indah kini telah kehilangan kilau, dan seragamnya robek di beberapa bagian.
Aku takut kalau aku menolaknya, dia akan sangat syok sampai ingin bunuh diri jadi...
“O-oke....”
Aku terima saja. Daripada nanti terjadi hal-hal yang tak diinginkan dan aku takut itu.
Mendengar kata-kataku, perubahan Saegusa sangat dramatis.
“Sungguh!?”
Suaranya yang tadinya sekarat telah mendapatkan kehidupannya, begitu pun dengan matanya.
Dan aah! Ia pun akhirnya menyadari penampilannya.
“Tolong tunggu aku sebentar. Aku akan segera kembali, sebentar saja kok.” katanya, dan pergi.
Seperti katanya, tak lama kemudian, ia pun kembali dengan penampilan yang jauh berbeda.
Rambut hitam panjangnya lebih berkilau dari biasanya, kulitnya sembab dan kencang, menunjukkan tubuhnya telah dipenuhi energi daripada sebelumnya. Selain itu, seragam, yang sobek di beberapa bagian, sudah diganti. Dibandingkan dengan para cewek yang kembali setelahnya,
“Pemenang dan Pecundang” sudah jelas.
Kata-kata ini sudah pas dengan pemandangan yang terlihat.
“Baiklah, ayo kita makan! Aku sudah beli banyak!” kata Saegusa dengan gembira.
Cewek-cewek itu menatapnya dengan kesal ketika mereka mendengar kata-katanya, tetapi mereka tidak mencoba ikut campur. Mungkin yang kalah tidak punya hak untuk berbagi makan siang denganku .....
“Oke, aku akan membayarmu.”
“Tidak, tidak apa-apa. Aku baru saja membelinya atas kemauanku sendiri, dan maaf kalau ini bukan roti kesukaanmu...”
“Eto...., baiklah, aku menerima tawaranmu.”
“Ya. Aku harap kamu menikmati makanannya.”
Sebenarnya, aku mau membayarnya karena aku tidak mau dianggap berhutang budi kepadanya hanya karena sepotong roti, tapi aku bersyukur karena sepertinya aku tidak perlu khawatir tentang itu.
“Ah, aku akan mengambil potongan sandwich itu.”
“Iya, Maegashira-san juga, kalau kamu mau silahkan.”
“Aku sudah membawa bento-ku jadi enggak usah.... ”
Maegashira langsung menjawab dengan cemberut, tapi Saegusa-san tersenyum dan terlihat senang. Ia sedang mengunyah sandwich buah. Ngomong-ngomong, ada sekitar sepuluh potong roti.
“Ah, Hadano-kun, ada sisa makanan di mulutmu.”
“Eh yang bener?”
Kucoba menyekanya dengan jariku, tapi tak kunjung lepas. Saat kucoba menyekanya lagi, Saegusa-san mendekatiku.
“Tolong tetap seperti itu ... lihat, aku dapat.”
Saegusa-san menunjukkan remah yang diambilnya dengan jari-jarinya dan langsung dimasukkan ke dalam mulutnya.
Pada saat itu, ruang kelas dipenuhi dengan atmosfir pembunuh yang mengerikan.
“TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK”
“BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM”
“BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH.”
Aku bisa mendengar hawa kebencian datang dari seantero kelas.
Maegashira gemetar ketakutan akan hawa ini. Namun, Saegusa-san di depanku malah tersenyum rapi seolah tidak ada yang salah.
“Sa, Saegusa-san, semuanya pergi begitu cepat saat makan siang, tapi kamu baik-baik saja?”
“Tidak apa-apa kok, ada banyak manusia pecundang di sekitarku, karena itulah aku menang, jadi aku baik-baik saja.”
Aku tidak tahu kenapa dia malah memanas-manasi mereka!!
Udara di kelas semakin mencekam akibat ucapannya.
“TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK TERKUTUK”
“BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM BALAS DENDAM”
“BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH BUNUH.”
Saegusa-san sama sekali tak keberatan dengan suasana saat ia terus berbicara.
“Lagipula aku sudah belajar seni bela diri, jadi aku sangat kuat loh.”
Munch, ia berkata bangga sambil membuat gerakan otot bisep yang kuat.
Justru Saegusa-san, seorang gadis cantik dan lugu yang membuat gerakan seperti itu malah membuatnya terlihat semakin imut...
Dalam suasana yang aneh ini, ia bersikap seperti ini?
Saraf gadis cantik dan lugu ini cukup tebal, rupanya..
Beginilah hari pertama sekolahku sejak aku keluar dari rumah sakit.
———
1. Hantu Sadako yang dimaksud MC.
Cek gugel aja kalau penasaran banget.