Nanatsu no Maken ga Shihai suru - Prolog


|«PREV|TOC|NEXT»|


Prolog

Seseorang pernah berkata. Semakin terang bintangnya, semakin gelaplah malamnya.


Itulah hal pertama yang diingatnya karena malam itu adalah bulan baru pertama dalam waktu yang lama.

Gadis itu tak memiliki kesombongan untuk membandingkan dirinya dengan bintang yang cemerlang.

Tapi — itu berbeda dengan orang-orang yang dikenalnya.

Setiap perburuan mereka selesaikan dengan baik. Hal yang sama berlaku untuk berburu manusia dan binatang. Bahkan jika lawannya adalah bintang, ia pikir persiapan yang dibutuhkan tidak seberapa jika dibandingkan dengan mangsa lainnya.

Berdasarkan prinsip itulah mereka selalu menghadapi banyak hal malam itu. Itulah mengapa dia juga berpikir jujur ​​di depan formasi yang pasti akan berhasil. Ya, memang benar — dengan sekelompok orang ini, kita pasti bisa menjatuhkan bahkan bintang sekalipun.


&&&&

“——huh——!”

Cakar raksasa yang muncul dari kegelapan nyaris memotongnya saat ia berlari melalui pepohonan, setelah merasa dikejar oleh niat membunuh. Ia segera merunduk dan menahannya dengan staf pedangnya, tapi dampaknya yang tak bisa ia hilangkan, mengangkat tubuhnya. Menjadi tak berdaya karena kakinya menjauh dari pijakan, sebelum hantaman keras dari cakar yang mengejarnya akan mengenai...

“——Haah!”

Ia melakukan manuver kuat di udara, mencegat serangan itu dengan pedang di kedua tangan. Cakar besar ditebasnya. Begitu serangan dipatahkan, ia dengan cepat mendarat dan mulai melakukan serangan balik.

Kabut hitam tebal menerpa seakan-akan memotongnya. Sebelum ia bisa menerimanya, hawa dingin menekannya ke bawah. Kabut yang tak bisa ia hindari menyambar bahu kirinya, membuat seluruh tubuhnya kaku karena ketidaknyamanan yang mengerikan.
——tapi ia tak punya waktu berdiam di situ.

Fortis Franca Maxime.

Api yang menyala terang jatuh dari atas. Layaknya ombak dari lautan api, panasnya api yang dahsyat seketika mengkarbonisasi pohon-pohon di dekatnya. Ia menyambut semburan yang ganas itu dengan staf pedang di kedua tangannya——mengaduk dan menyebarkannya ke sekitar.

“——Kau bisa bertahan dengan baik. Ketahuilah bahwa tidak ada gunanya melawan.”

Suara seorang pria bergema dengan ejekan. Cahaya pucat bersinar terang di langit yang gelap ketika ia mendongak. Bulan besar di malam bulan baru melayang di sana. Tentu saja, itu bukanlah benda angkasa. Itu adalah bola cahaya yang diciptakan dari sihir. Itu sendiri adalah sihir elemen dasar yang bahkan anak kecil yang masih dalam masa pelatihan pun dapat menggunakannya. Itulah mengapa ia tidak bisa menahan rasa ngeri——pada skala kemampuan luar biasa dari pengguna untuk meningkatkan teknik iluminasi belaka bahkan sampai seukuran bulan buatan.

Enam bayangan muncul di langit malam, diterangi oleh bulan buatan. Beberapa di atas pohon tinggi, beberapa di atas sapu yang melayang di udara, yang lain di atas pundak "sesuatu" yang besar dan tak diketahui apa itu. Star Crash Hunters menatapnya dari posisi masing-masing.

“—Kuh—”

Seketika, sensasi gatal yang hebat menyerang bahu kirinya. Bagian di mana kabut hitam merenggutnya tadi. Tak lama setelah perasaan tidak nyaman muncul, gelak tawa nyaring dan tajam bergema dari dalam pakaian —— keluar dan mengunyah-ngunyah kain untuk mengungkapkan wajah manusia yang sangat terdistorsi. Seukuran kepalan tangan anak.

“Ohhhhhh——itu mengerikan, aku tak percaya aku harus mengikisnya. Aku kesepian, kesepian. Biarkan aku tinggal bersamamu.”

Suaranya terdengar kacau seperti keluar dari tenggorokan kambing yang disembelih. Apakah ia seorang gadis, seorang wanita tua, menangis atau tertawa — tak bisa dibedakan dengan jelas yang mana itu. Itu tak lebih dari delirium roh jahat, yang hampir tak dapat mempertahankan bentuk ucapan manusia.

“Jadi tugasmu sekarang pembawa lampu? Itu cocok untukmu, pak tua.”

Suara wanita dengan hasrat membara untuk bertarung terdengar. Bayangan (siluet) yang terpotong oleh cahaya biru-putih dengan jelas menyimpang dari tubuh manusia di manapun di bagian lima tubuh, terutama dari bahu sampai ujungnya. Kedua lengannya yang berkembang aneh memiliki sebanyak lima sendi, dan cakar besarnya, disatukan dengan jari-jarinya, setajam pisau tempa. Bahkan bagian yang telah dipotong dalam serangan dan pertahanan sebelumnya tumbuh dalam sekejap mata sebelum ia bisa melihatnya.

“.....”

Bayangan, yang dilemparkan dengan kata-kata provokatif, masih tak bergeming dan tetap diam dengan staf-nya yang terangkat tinggi dalam postur tubuhnya. Jelas bahwa ia memiliki kekuatan magis yang luar biasa, tetapi saat ini dia tampaknya berdedikasi pada perannya untuk mempertahankan bola cahaya. Cahaya latar menyulitkan untuk melihat ekspresi wajahnya, dan satu-satunya hal yang dapat dilihat adalah kesungguhan postur tubuhnya yang sangat tegap.

“Lakukan sesukamu! Kuhahahahahahaha!”

Tawa gila lelaki tua bergema seperti kepolosan seorang anak kecil. "Sesuatu" yang membawa bayangan kecil di pundaknya —— raksasa yang menyerang dari langit mulai bergerak disertai deritan. Dengan gerakan seperti bocah yang mencoba menangkap capung, raksasa itu mengayunkan tangannya yang besar ke arahnya.

Gladio.”

Gadis itu mencegat telapak tangan itu secara langsung. Kilatan pedang tumpang tindih sesaat. Kedua telapak tangan yang mencoba menangkapnya hancur dan jatuh ke tanah sebagai gumpalan tanah yang tak terhitung jumlahnya. Dia dengan cepat melompat ke lengan panjang yang kehilangan pergelangannya dan mulai berlari. Dengan tatapan tertuju pada musuh di depannya, ia..

*******(Berhenti).”

Sekejap, tubuhnya membatu. Perintah "berhenti" yang lebih mendasar, berbeda dari mantra apa pun, mengikatnya. Dia melihat ke belakang dengan keterkejutan pada bayangan lain dari pria tua yang telah melakukannya.

“Itu mantra pengikat yang bagus, bajingan tua. ——kau juga sangat kuat, senpai!”

Bayangan aneh itu memudar oleh interupsi sesaat. Cakar besar yang terintegrasi dengan jari-jari terkepal dengan kekuatan penuh, dan tinju yang lengkap menghantam mangsanya tanpa ragu-ragu.

“——Gyaaaaaa! Kau menyakitiku sialaannnn!”

Tetap saja, ia tak akan tinggal diam ketika nyawanya terancam. Bayangan aneh meraung, dan lengan kanannya, terpotong dari tangan ke bahu-mulut, tersebar ke mana-mana. Itu adalah sisa yang gadis itu tinggalkan setelah ia dipukul.

“....! Wa.....!”

Ia menghindari jatuh ke kolam lava dengan menendang dan melompat ke udara, dan berputar untuk mengambil posisi pasif segera setelah ia menyentuh tanah. Itu hampir tak menyelamatkan hidupnya.
——Tapi damage yang ia terima terlalu parah untuk diabaikan.

Setiap sendi di tubuhnya berderak dan penglihatannya merah lantaran darah menetes ke matanya. Pendarahan tak berhenti dari luka di bahunya di mana pigmen seperti bentuk wajah manusia merenggutnya, dan tiada akhir dari luka lain melanda di sekujur tubuhnya. Ia bahkan tertawa dalam kesedihan. —— fakta bahwa ia masih hidup itu sendiri seperti lelucon.

Ia tahu itu. Tidak ada peluang untuk menang dalam pertarungan enam lawan satu ini. Bahkan harapan untuk bisa lepas dan melarikan diri dari mereka sama tipisnya dengan kertas. Tapi — menyerah saja bukan pilihan. Lagipula, ia sudah biasa melalui pertempuran putus asa dalam hidupnya sebagai seorang penyihir. Pertarungan kali ini hanyalah salah satu dari pertempuran mematikan lainnya, itu saja.

“——Ahhhhhhh!”

Dan yang terpenting, ia telah memutuskan. ——Ia telah memutuskan bahwa ia akan mengakhiri hidupnya sendiri di generasinya sendiri. Tidak akan memaksakan sisa hidupnya ke generasi berikutnya. Sumpah itu tak akan membuat lututnya lemas. Sihir dahsyat menjalari tubuhnya, tubuhnya yang terluka masih belum pulih.

“Lewat sini, senpai!”

Suara yang dikenalnya dengan baik mencapai telinganya, dan kilatan cahaya yang menyilaukan mengganggu medan pertempuran. Cahaya magis yang kuat yang menembus kegelapan malam dan mewarnai penglihatannya menjadi putih——dalam beberapa saat, ia mulai berlari saat seseorang memegang tangannya.

Setelah berlari melewati kegelapan rerimbunan pohon untuk beberapa saat, sebuah lubang menganga di tanah menyambut mereka. Mereka bergegas melompat ke tengahnya bersama, yang menarik tangannya, dan bersama-sama mereka terus berlari semakin dalam tanpa melonggarkan kaki mereka. Saat mereka melewati beberapa persimpangan dan merasa para pemburu yang mengejarnya semakin jauh, mereka akhirnya berhenti.

“....Kita sudah aman. Aku tidak pernah berpikir kamu bisa lolos dari mereka semua.” katanya dengan suara terputus-putus. Gadis itu diam sambil melihat ke sekeliling.

Mereka telah sampai di kedalaman gua, tapi ruang di sekitarnya agak cerah berkat lampu bijih yang ditempatkan di beberapa tempat.


Bila dilihat-lihat dari interiornya, tempat ini seperti pernah ditempati seseorang sebelumnya.

“Mereka tidak mengejar ... jadi tempat ini benar-benar tersembunyi dari mereka. Kamu mengatur tempat persembunyian ini? Hebat, bagaimana kamu--....uh!”

Saat ia hampir mengendur karena kekaguman. Panas yang luar biasa menusuk punggungnya.

“——Emi, i——?”

Dia memanggil nama rekannya dengan suara gemetar ketika menatap dadanya dengan tertegun. ——Ujung bilah tajam ada di sana. Bilah staf pedang yang menusuk jantungnya dari punggungnya dan menjadi basah oleh darahnya sendiri.

“...Maafkan aku. Aku tidak punya pilihan.”

Sebuah suara bercampur isak bergema di belakangnya. Itu juga membuat semuanya masuk akal baginya. —lawannya bukan enam orang. Star Crash Hunters yang berkumpul untuk menghabisinya. Dialah yang menjadi orang terakhir dan yang menentukan untuk melakukannya.

“Tapi jangan khawatir. Aku tidak akan ... tidak akan memberi mereka sebagian dari jiwamu.”

Tubuhnya, yang kehilangan kekuatan, dipeluk dengan lembut dari belakang. Tidak ada kepura-puraan kasih sayang yang berdiam di sana meskipun orang itu menikamkannya. Ya — itu sebabnya ia tidak menyadarinya sebelumnya.

“Aku akan selalu dan selamanya mencintaimu. —Aku akan bersamamu selamanya, senpai.”

Mata orang lain yang mengatakan ini adalah jurang terdalam yang dipenuhi kegelapan paling tak terduga di malam yang gelap ini. Jauh di dalam — di tengah kesadarannya yang memudar, ia merasakan jiwanya ditelan.

|«PREV|TOC|NEXT»|