Masho no Otoko o Mezashimasu - Chapter 3 Bahasa Indonesia



Chapter 3 - Rumah

Dokter Takashina mengantarku dengan tenang pada hari pembebasanku dari rumah sakit, dengan wajah tersenyum seperti biasanya. Berbeda dengan semua perawat yang hadir bersama untuk mengantarku pergi, mereka menangis tersedu-sedu. Ada puluhan orang di sana dan rasa cemas melanda lebih dulu daripada rasa bahagia di hati mereka. 

...Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa mereka belum pernah bergaul dengan seorang pria, jadi aku kira ada semacam rasa khawatir dalam benak mereka tentang kenyataan bahwa diriku yang merupakan satu-satunya pria tidak akan ada lagi di sana untuk mereka ajak bicara.

Mereka semua menangis sekaligus yang membuatku merasa canggung. 

Aku pun masuk ke mobil ibuku dan tiba di rumah sekitar lima belas menit kemudian.

“Okay, kita sudah sampai. Ibu akan membuka kuncinya jadi tolong tunggu sebentar ya.”

“Un.”

Selagi menunggu ibuku, aku melihat-lihat rumahku. Aku merasa sangat merindukannya, meskipun baru empat hari sejak aku belum benar-benar pulang.

Tapi besar juga rumah ini ya ... memiliki tiga lantai dan ada tamannya pula. Tampak seperti mansion, dan dalam ingatanku di dunia ini, kurasa ibu pernah bilang bahwa ibu adalah seorang direktur di sebuah perusahaan ... baru kali ini aku merasa tertarik setelah memiliki ingatan kehidupan sebelumnya padahal sebelumnya tidak sama sekali. 

“Maaf membuatmu menunggu, sekarang kuncinya sudah dibuka.”

Terdengar suara kunci terbuka dan ibu pun membuka pintu dan masuk. Aku mengikutinya di belakang dan tiba di ruang tamu.

“Apa kamu lapar? Haruskah ibu mengambilkanmu sesuatu? Atau meskipun kita baru pulang, haruskah kita keluar untuk makan?”

“Um, kalau ada bahan sederhana, aku bisa membuatnya sendiri.”

“Uu~e...”

Ketika aku memberi saran, ibu mengeluarkan suara lucu sambil menatapku.

“Um, kalau sebatas nasi goreng sih aku bisa tapi mungkin ibu belum yakin dengan rasanya jadi...”

Aku mengatakan itu dan menuju ke dapur. Mungkin ibu tak yakin dengan masakanku, karena aku tak pernah memasak sekalipun, dan aku juga sering makan di luar .... tetapi sekarang sudah tak menjadi masalah lagi karena aku bisa memasak dengan cukup baik lantaran aku mempunyai ingatan kehidupanku sebelumnya. Itu sebabnya aku akan memastikan ...

“B-bukan begitu maksud ibu! Kamu tahu, kita tidak punya banyak bahan di kulkas ..... jadi ayo kita beli makanan di toko hari ini ya? Ne!”

Tepat saat aku akan membuka kulkas, aku mendengar suara kebingungan.

Oke, mungkin maksud ibu bahannya tidak banyak, tapi aku masih harus memastikan, apakah aku bisa membuat tumis dengan sayuran sisa atau sesuatu. 

“Mungkin aku bisa membuat sesuatu dari sisa makanan, jadi aku akan melihat apa yang bisa aku lakukan.”

Lalu kubuka pintu kulkas besar itu.

“Ah!”

Aku mendengar suara pasrah ibuku. Dan apa yang ada di dalamnya masuk ke pandanganku.

Apa yang aku lihat adalah lemari es yang penuh dengan bir serta makanan ringan. Dan secangkir edamame beku ketika aku membuka freezer

Kutoleh perlahan ke arah ibu, seorang wanita pecandu bir membasahi pipinya dengan air mata dan menggeleng ke samping.

“Tidak tidak, kamu salah paham, ini cuma kebetulan, cuma kebetulan kalau hari ini aku minum sedikit, aku bukan pecandu alkohol dan aku bahkan tak tahu ada banyak di dalamnya, sumpah.”

Alasan aneh macam apa itu! Aku tahu dia berusaha keras untuk membuat alasan. Aku juga tahu dia tak bisa melakukan pekerjaan rumah sama sekali ...

Tentu, hanya pembantu yang mengurus semua pekerjaan di rumah ini ....

Di dunia ini, wanita tidak akan disukai pria jika mereka tidak bisa melakukan pekerjaan rumah ... tapi bagaimana ibu bisa menikahi ayah? Aku penasaran. 

Mau tak mau aku memandangnya seolah-olah sedang menatap seorang pekerja kantoran berumur 40-an yang mabuk di jalan. Itu lebih ke tatapan kasihan. Ibu setengah terisak di bawah tatapanku.

“Apa boleh buat.” kataku. 

Ketika ibu mendengar kata-kata itu, ia berubah dari wajah yang setengah terisak menjadi senyuman dalam sekejap dan meninggalkan ruangan, mengatakan dia akan membawa menunya.

Sepertinya dia senang bahwa aku tidak membencinya.

Tak lama, ia kembali dengan berbagai menu restoran di tangannya.

“Mie soba, pizza, sushi, china food, dan masih banyak lagi. Mana yang mau kamu makan? Semuanya juga tidak apa-apa kok”

“Aku tidak bisa makan sebanyak itu.”

“Benar juga ya~ aku merekomendasikan restoran soba ini. Soba itu memang lezat ditambah semangkuk nasi juga lezat!”

“Baiklah. Aku mau makan semangkuk nasi dengan mie soba hangat.”

“Aku. Aku pikir aku akan mendapatkan mie takikomi gohan dan mie soba musiman, kalau begitu aku akan memesannya.”

Mengatakan demikian, ibu memesan melalui telepon.

“Aku ke kamarku dulu.” kataku sebelum berjalan pergi ke kamar. 

Kamarku ada di lantai tiga.

Kubuka pintu dan melihat ke dalam kamarku, yang sudah tak asing bagiku.

Aku pikir ini adalah ruangan besar setelah sekian lama, sekitar 14 atau 15 tikar tatami.

Aku pun melangkah masuk, menuju ke bagian depan lemari dan membukanya.

Aku melihat segala macam pakaian di dalam, dan aku mendesah keras ketika aku melihat ada seragam SMP di sana.

Seragam sekolah di dunia ini sebagian besar adalah rok, tanpa memandang jenis kelamin.

Kini setelah aku mempunyai ingatan kehidupan sebelumnya, aku merasa tidak nyaman. Namun, aneh kalau aku tiba-tiba mengeluh tentang sesuatu yang aku kenakan tanpa perlawanan sampai sekarang, dan seragam ini juga merupakan bagian dari budaya dunia ini. Oleh karena itu, aku harus bisa terbiasa dengan ini, terlepas dari apakah aku merasa nyaman atau tidak. Dan ada pepatah yang berbunyi, "ikuti contoh orang Romawi”.

Bila kupikir-pikir lagi, dunia ini ada sisi baiknya juga, sebab tidak peduli seberapa mencoloknya aku berpakaian seperti seorang wanita, orang tidak akan memandangku dengan tatapan aneh.

Tapi aku tidak punya selera cross-dressing!


PrevToC - Next